
Indonesia kaya akan khazanah kuliner, dan setiap daerah memiliki kue tradisional yang menjadi warisan budaya. Salah satunya adalah Bolu Suri, kue khas Palembang yang terkenal dengan teksturnya yang unik dan rasa manis legit yang khas. Sekilas, penampilannya mungkin mengingatkan Anda pada Bika Ambon dari Medan, tetapi kue yang satu ini menawarkan sensasi rasa dan aroma yang berbeda.
Nama “Suri” sendiri memiliki arti yang menarik. Dalam bahasa Palembang, suri berarti sisir. Penamaan ini sangat tepat, sebab jika Anda membelah kue ini, serat-serat halus yang terbentuk dari adonan ragi akan terlihat jelas, menyerupai gerigi sisir. Oleh karena itu, tidak jarang orang menyebutnya sebagai “Bolu Sisir Palembang”. Artikel ini akan memandu Anda mengenal Bolu Suri, mulai dari ciri khas hingga tips membuatnya di rumah.
Perbedaan Mendasar Bolu Suri dengan Kue Bolu Lain

Meskipun sekilas mirip dengan Bika Ambon, ada beberapa hal yang membuat Bolu Suri berdiri sendiri dalam kategori kue tradisional. Memahami perbedaannya sangat penting untuk mengapresiasi keunikan kue ini.
Rahasia Tekstur Berserat Tanpa Santan
Mayoritas kue tradisional Indonesia yang berserat dan kenyal (seperti Bika Ambon) mengandalkan santan kental sebagai bahan utamanya. Namun, Bolu Suri Palembang menggunakan bahan pengganti yang cukup unik: Susu Kental Manis (SKM) dan margarin leleh. Penggunaan SKM memberikan rasa manis yang lebih ringan dan lembut, sementara margarin memberikan kekayaan rasa gurih yang berbeda dari santan.
Proses fermentasi adonan dengan ragi juga memainkan peran krusial. Adonan akan didiamkan dalam waktu yang cukup lama, sehingga menghasilkan gelembung udara yang menciptakan rongga atau “sarang semut” yang menjadi ciri khas tekstur Bolu Suri.

Aroma dan Cita Rasa yang Khas Palembang
Selain itu, perbedaan mendasar lainnya terletak pada aroma. Bika Ambon dikenal dengan aroma rempah yang kuat, seperti daun jeruk dan serai, bahkan kunyit. Sebaliknya, Bolu Suri mengandalkan aroma vanili dan butter yang wangi, dengan dominasi rasa manis legit dari gula dan SKM. Cita rasa yang dihasilkan lebih fokus pada manis yang ringan, sangat cocok disantap bersama secangkir teh tawar hangat.
Resep Bolu Suri Anti Gagal: Tips Fermentasi Adonan Sempurna

Membuat Bolu Suri di rumah memang membutuhkan kesabaran, terutama dalam proses fermentasi. Akan tetapi, hasilnya akan sangat memuaskan jika Anda mengikuti langkah-langkah berikut:
Kunci Sukses Ada pada Biang Ragi
Langkah pertama yang sering diabaikan adalah pembuatan biang (starter ragi). Campurkan ragi instan dengan air hangat dan sedikit tepung terigu, kemudian diamkan hingga berbusa. Biang yang aktif (mengembang dan berbusa) adalah indikasi bahwa ragi Anda siap bekerja, jadi jangan pernah melewatkan tahap ini.
Selanjutnya, Anda perlu mengocok telur dan gula hingga tercampur rata, tetapi tidak perlu sampai mengembang seperti membuat bolu biasa. Setelah itu, campurkan biang ragi, SKM, dan margarin cair.
Pentingnya Waktu Istirahat Adonan
Adonan Bolu Suri wajib diistirahatkan (difermentasi) dua kali. Fermentasi pertama terjadi saat membuat biang. Fermentasi kedua, dan yang paling penting, adalah setelah semua bahan tercampur. Tutup wadah adonan rapat-rapat dan biarkan selama 1,5 hingga 2 jam.
Selama waktu istirahat ini, ragi akan bekerja keras, menghasilkan gas yang membentuk serat-serat di dalam adonan. Jangan khawatir jika adonan terlihat sangat berbusa; justru itu adalah tanda keberhasilan yang akan menghasilkan serat “sisir” yang lembut dan bersarang sempurna.
Teknik Memanggang untuk Tekstur Terbaik
Saat memanggang, gunakan api bawah terlebih dahulu hingga Bolu Suri matang, baru kemudian gunakan api atas sebentar untuk mendapatkan warna kecokelatan yang cantik di permukaan. Sehingga, kue akan matang merata tanpa gosong di luar. Keluarkan kue setelah benar-benar dingin agar teksturnya stabil dan seratnya tidak rusak saat di potong.
Melestarikan Warisan Lewat Rasa

Bolu Suri lebih dari sekadar kue. Ia adalah bagian dari identitas budaya Jawa yang sarat makna. Setiap suapan mengingatkan kita pada pentingnya kesederhanaan, kejujuran bahan, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Jadi, jangan ragu mencoba atau bahkan membuatnya sendiri di rumah. Dengan melestarikan camilan seperti Bolu Suri, kita turut menjaga warisan kuliner Nusantara agar tetap hidup bukan hanya di pasar, tapi juga di hati anak cucu kita kelak.